Pohon dan Golok
Posted by Manasse on June 8th 2008, 9:35:23 PM

-dari mailing list yasoper-

satu..dua..delapan orang rekan-rekan sedang bersiap menjelang camping ke pelataran Tangkuban Perahu. Silau. Golok putih bersih itu menyita perhatianku. Wah...goloknya bagus, stainless stell seruku kepada rekanku. Dia hanya melempar senyum sambil beratraksi , menirukan gaya ala pendekar pedang seribu bayangan. Hahahaha. Sini pinjam, kugenggam golok itu. Tidak terlalu berat, lantas akupun ikut-ikutan menirukan jurus-jurus pendekar pedang yang berakhir dengan pose Pangeran Pattimura.

Entah tiba-tiba... sekonyong- konyong aku berlari sekuat tenaga menghunus golok bersinar itu. Tak pelak pohon tua yang berada tak jauh dari tempat kami menjadi sasaran empuk.

Lima tahun yang lalu pohon tua itu menjadi saksi bisu ketika kami mahasiswa baru asik berdiskusi di bawah rantingnya yang rindang yang melindungi kami dari sengatan panas matahari. Pohon tua itu juga yang menjadi saksi bisu ketika kami tak bosan-bosannya menghabiskan waktu bernyanyi, berdendang lagu-lagu perjuangan mahasiswa, sambil berorasi darah juang. Tidak terhitung juga jumlah oksigen yang diberikan pohon tua itu selama lima tahun ini. Apakah selama ini dia memperhatikan tindak tanduk kami? kenapa pohon tua itu diam saja? ataukah kami yang terlalu angkuh untuk mencoba mendengarkan bisikannya?

Keangkuhan itupun berlanjut ketika Golok putih itu sekali...duakali. ..tiga kali... dan berkali-kali menebas, menghujam batang pohon tua itu. Sobekan golok itu cukup dalam, cukup dalam sehingga mengakibatkan cairan pohon itu mengalir cukup banyak. Adakah pohon itu berdarah? Rekan-rekanku tertawa girang dan kesenangan menyaksikan kegilaanku yang membabibuta mencoba menebas batang pohon tua itu. Ohh apa yang telah aku lakukan? Tiba-tiba perutku terasa mual, ingin muntah saja rasanya. sakit. Apa yang terjadi?

Aku lari. Bersembunyi di tempat persembunyianku, tempatku biasa mencoret-coret kertas dan terkadang merobek-robeknya. Hehehehe, sinis dan mengejekku, tawa siapa itu? entahlah... Kata mereka pohon lebih bijaksana dari manusia. "...ahh bullshit kataku". Lalu kata mereka lagi, Ingatkah engkau saat kau genggam Golok tajam itu, lalu membabibuta menebas batang pohon itu? "..ahh tolong jangan bawa kembali ingatan itu, aku muak. tohh aku akan melupakannya, pohon doang!!. Hmmm....pernahkah terpikir olehmu, jika tiba-tiba pohon itu Marah dan membabibuta mematahkan rantingnya sendiri, lalu jatuh menimpa tepat diatas kepalamu itu? serunya. "...aku terdiam, tak tau mo jawab apa lagi".

Lalu mereka berkata lagi, Tapi tahukah kamu kawan, bahwa pohon tua itu tidak melakukan itu. Dia tidak mematahkan rantingnya. Dia tetap melindungimu dari panas terik mentari baik pada saat kalian berdiskusi, bernyanyi dan bahkan saat kau menebas batangnya.

Hei..kawan.. .Jika kata maaf cukup untuk menyembuhkan luka batang pohon tua itu, seribu maaf akan kuucapkan. "..Tidak... pohon tua itu tidak butuh kata maaf darimu kawan". Dalam diam-nya dia hanya meminta kamu untuk melakukan satu hal. "..apa itu?".
Jadilah manusia.....

-memori bersama pohon dan golok, seorang anak manusia, kemaren.-