

Sumringah, seperti lama tidak pernah bertemu, terjadi pada Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa ketika tanpa disengaja bertemu istri tercinta di kantornya, Jalan Lapangan Banteng Timur, Jakarta, Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa. Keduanya lalu saling mendekati, bersalaman, dan tentunya cium tangan sang istri kepada sang kepala keluarga.
Adegan itu muncul tiba-tiba dihadapan banyak wartawan dari berbagai media, para ajudan, dan istri-istri pejabat di lingkungan Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Jumat (30/9/2011). Waktu itu, Hatta baru saja pulang menjalankan ibadah Sholat Jumat di mesjid di lingkungan Perbendaharaan Negara, Kementerian Keuangan. Adapun Okke (demikian sang istri biasa dipanggil) selesai memimpin rapat Dharma Wanita di lingkungan Kementerian Koordinator Perekonomian.
Sikap keduanya mengundang beberapa wartawan penasaran, hingga muncul pertanyaan, apakah Hatta-Okke sudah lama tak bertemu?
"Ah enggak. Saya memang membiasakan itu (bersikap santun satu sama lain) di rumah. Tidak hanya dengan Ibu, tetapi juga dengan anak-anak," tutur Hatta menjelaskan.
"Waktu" bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat mahal untuk kebersamaan seorang menteri koordinator perekonomian seperti Hatta Rajasa. Apalagi Daniel Sparingga, staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sudah melekatkan predikat atas Hatta sebagai menteri paling hebat di kabinet.
Menjadi menteri hebat bagi ayah dari Reza, Aliya, Azimah, dan Rasyid ini berarti waktu yang tergerus untuk urusan negara. Kabar yang tidak banyak diketahui khalayak menunjukkan, pembagian waktu dengan sang ayah adalah hasil konsensus keluarga yang sudah dibentuk jauh hari, ketika Hatta memutuskan masuk ke dunia politik. Apalagi dengan menjadi seorang menteri koordinator, maka waktu Hatta adalah milik negara.
Sebagai pejabat tinggi negara, pria berambut putih ini harus rela pulang ke rumah larut malam, bahkan biasa tiba sekitar pukul 03.00 subuh, dan pukul 06.00 pagi harinya sudah harus berada di kantor lagi. Pulang larut kerap terjadi karena di tengah hari kerjanya ada panggilan dari Presiden, sesuatu yang tidak bisa ditolak. Itu juga bisa terjadi karena banyaknya tamu yang harus ditemui.
Kebiasaan menghormati tamu sudah tertanam dalam diri Hatta karena didikan sang ayah. Sebagai seorang camat, sang ayah menempatkan tamu sebagai prioritas. Bahkan, suatu saat, karena menghadapi tamu, beras sempat kehabisan di toko.
Dalam sebuah blog, Okke pernah mengutarakan, bahwa sebelum memasuki dunia politik ada beberapa kebiasaan keluarga yang dipelihara, antara lain berdiskusi bersama, bermain golf sekeluarga, dan mengunjungi kerabat di beberapa wilayah di Indonesia. "Sebelum Bapak ke Politik, kami bersama-sama ke lapangan golf. Sekarang tidak bisa, bahkan untuk weekend (menikmati akhir pekan) bersama pun jarang," tuturnya.
Ada udang di balik bala bala nih