Meraih Popularitas lewat Iklan Politik
Posted by Manasse on May 29th 2008, 02:18:00 AM
Rupanya terusik juga kita semua dengan iklan-iklan para tokoh politik yang gencar ditayangkan lewat media massa baik cetak maupun elektronik termasuk juga yang berupa billboard atau spanduk di jalan-jalan. Bermiliar miliar rupiah dihabiskan hanya untuk mendongkrak popularitas karena dengan bermodalkan popularitas diharapkan muncul kepercayaan masyarakat. Asumsi inilah yang kemudian banyak ditepis dan bahkan reaksi negatif bermunculan sehingga bisa menjadi kontraproduktif. Ada yang menilai sebagai pembodohan rakyat dan ada pula yang menganggap itu justru sebagai bentuk kekurangpekaan terhadap nasib rakyat.
Dalam pandangan mereka yang bersikap kritis, di saat masyarakat makin hidup susah akibat kenaikan harga BBM, iklan-iklan kosmetik itu terus bermunculan tanpa menawarkan solusi atau kerja nyata bagi rakyat. Apa sebenarnya yang hendak ditawarkan dari iklan-iklan yang lebih menjadi wahana pencitraan dan 'menjual diri' tersebut. Solusi permasalahan juga tak nampak. Simpati kepada masyarakat juga makin terasa absurd dan semu. Maka yang dikhawatirkan justru menjadi bumerang manakala terlihat bagaimana rekam jejak sang tokoh selama ini. Sudah berbuat apa saja mereka untuk rakyatnya dan terbuktikah janji-janji yang dilontarkan.
Tentu saja ada yang lebih moderat dengan melihal hal itu sebagai fenomena biasa karena bermacam cara dan pendekatan bisa dilakukan untuk meraih popularitas. Memang semua menuntut kocek tebal karena model pencitraan seperti sungguh berbiaya mahal. Penggarapannya apik dan mungkin saja dari teknik komunikasi, cara seperti itu bisa efektif sebagai medium pengenalan seorang tokoh yang hendak mencalonkan diri menjadi presiden atau wakil presiden. Apalagi bagi media yang dipergunakan untuk beriklan. Mereka akan ikut merasakan manfaatnya dan panen uang. Demikian juga bagi biro-biro iklan atau tim-tim kreatif yang menggarapnya.
Tetapi tetaplah dipertanyakan efektivitasnya dari kacamata politik. Memang dikenal itu adalah modal awal tetapi bukan berarti yang dikenal akan menjadi pilihan. Masyarakat semakin pintar dan mereka bisa menilai bagaimana kiprah, kinerja serta karakter tokoh tersebut selama ini. Yang namanya iklan apapun selalu banyak bumbunya karena yang penting terasa enak. Bisa indah dan mengesankan walaupun terkadang juga dirasakan menipu. Tak banyak yang melakukan itu karena mungkin masih merasa sayang dengan uang yang dihamburkan atau mungkin juga tidak terlalu yakin dengan manfaatnya. Siapapun boleh berpendapat dalam hal ini.
Bagi kita pemimpin yang mengakar dan memiliki integritas bisa lebih kokoh katimbang pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan lewat iklan. Dijejali iklan seperti apapun belum akan mampu mengubah pikiran seseorang terhadap tokoh tersebut kalau memang di sisi lain hasil kerja nyatanya belum banyak dirasakan. Demikian juga pandangan-pandangannya yang visioner serta tidak sekadar menyalahkan yang ada sekarang atau mengecam masa lalu. Apalagi kalau hanya mengumbar jargon puitis. Yang dibutuhkan rakyat pada saat ini adalah harga-harga murah, lapangan kerja dan kehidupan yang semakin baik dari sebelumnya.
Bukan berarti kita menolak iklan-iklan politik atau iklan yang mengangkat ketokohan seseorang semacam itu. Bagaimana pun itu adalah warna-warni demokrasi dan kehidupan. Dan menjadi hak siapapun untuk berusaha meraih popularitas atau menciptakan citra diri yang positif di tengah situasi yang masih serba carut marut seperti sekarang. Juga perlu diuji kemudian karena jangan-jangan masyarakat kita masih mudah terlena dengan iklan-iklan semacam itu. Dalam hal pemilihan langsung baik di tingkat daerah sampai presiden, yang lebih dikenal biasanya menang. Tetapi sangatlah mahal untuk meraih popularitas itu dalam waktu singkat.