
Seharusnya aku menulis ini hari minggu kemarin, yap paling tidak senin pagi juga gapapalah. Ini hanya tentang sesuatu yang sudah sering terjadi dan bahkan mungkin sudah sangat membosankan. Tapi entah kenapa baru kali ini sangat ingin rasanya menuliskannya. Hitung-hitung untuk pembuat kantuk, karena ini sudah hampir jam 12 malam.
Seperti biasa setiap hari Minggu, aku selalu berencana pergi kebaktian ke Gereja. Kadang rencananya muncul seminggu sebelumnya, sehari sebelumnya bahkan sejam sebelumnya. Biasanya aku akan memilih yang pukul 4 sore karena waktunya paling pas menurutku, bisa tidur siang dulu, dan tidak ada "perebutan tempat duduk". Pulangnya juga pas karena bisa langsung sekalian malam di food court yang hanya satu lantai di bawah Gereja. Dan satu lagi alasan mengapa harus yang pukul 4 karena menurutku dia gak akan kebaktian di jam segitu.
Pukul 3 Sore udah mulai persiapan dan yup, seperti biasa jam setengah 4 sudah sampai di Gereja. Aku boleh berbangga sedikitlah di depan usher walaupun diriku bukanlah yang pertama tiba di Gereja. Aku selalu mengincar tempat duduk yang posisinya di tengah, di depan mimbar, tidak terlalu depan tapi tidak juga di belakang. Posisi ini bukanlah incaran banyak orang, tapi jika terlambat sedikit akan sulit mendapatkannya.
Tiba di barisan bangku yang aku inginkan, ternyata di sana sudah ada sepasang muda-mudi yang kelihatannya sangat serasi. Lirik sedikit tapi gak ketahuan, dan wow... sepertinya aku kenal cewenya.
"bukankah itu kak Imelda?"
aku lirik sekali lagi.
"tapi koq bisa cakep bangat?".
Ya iyalah emang itu bukan dia. Sekarang dia malah mirip Sondang.
"Sondang?? bukannya Sondang aku tinggal di Balikpapan?"
"Lagian Sondang juga gak secakep itu".
Kebanyakan ngelirik juga gak enak. Aku liat buku acara, seperti minggu kemaren, aku baca pengantar khotbahnya. Walaupun gak konsen pengen ngeliat ke samping terus, aku paksain tuh baca pengantar sampai finish. Aku bahkan lupa apa isi pengantarnya.. tapi yang pasti itu bercerita tentang Raja Daud yang diurapi Tuhan sebagai raja Israel. Ada yang menarik tentang Daud ini ketika aku membacanya saat itu, karena persis malam sebelumnya (malam minggu juga di rumah ceritanya) aku baca kisah raja Daud di awal masa kekuasaan beliau. Satu hal yang aku dapat pada malam itu bahwa ternyata raja Daud juga berpoligami. Fakta yang baru aku sadari malam itu adalah bahwa anak pertama sampai ke lima atau ke enam lahir dari ibu yang berbeda. Bagaimana pun itu tidak lah menjadi masalah karena kebudayaan pada masa itu masih seperti itu dan itu dianggap wajar apalagi bagi seorang raja.
Kebaktian dimulai, semuanya berjalan lancar. Aku berusaha mengikuti jalannya acara demi acara dengan sekali dua kali ngelirik ke kanan juga. Khotbahnya ternyata bukan tentang Daud, tapi tentang angin ribut dan badai yang ditundukkan oleh Yesus. Dalam khotbahnya , pendeta menekankan agar kita bisa tetap bisa melakukan hal yang benar sekalipun sedang menghadapi masalah. Dalam istilah english dia bilang "keep doing the right thing" jika aku gak salah dengar loh.
Aku pikir kebaktian kali ini cukup baik dan ada kelegaan ketika akan keluar dari Gereja. Akupun keluar ketika hampir semua orang juga mau keluar. Dan di luar Gereja di depan pintu, ternyata ada dia.
"Bukankah biasanya dia gereja jam 11 atau jam 1?".
"Kali aja dia pengen nyalam aku."
Oh tidak dia turun, ternyata bukan aku. Aku turun lewat tangga, dia nunggu di bawah. Dia pasti sudah melihat aku. Aku samperin deh.
"hei....!"
oh no, dia tidak melihatku. Balik kanan ah.
"Sial, masak sih dia nggak ngeliat????"