Letjend (Purn) DR TB Silalahi SH Lantik 80 Siswa Baru SMU Plus Soposurung Angkatan II Berstatus Internasional
Posted by Manasse on July 13th 2008, 8:41:03 PM

Ketua Dewan Pembina Yayasan Soposurung (Yasop) Letjend (Purn) DR TB Silalahi SH melantik 80 siswa baru SMU Plus Soposurung yang merupakan Angkatan II setelah ditetapkan menjadi SMU berstandar internasional di Balige, Kamis (10/7). Pelantikan siswa baru itu dihadiri Ketua Yayasan Ir Gustav Panjaitan, Dirjen Potensi Pertahanan Budi Susilo Supandji, Ny Menseskab Sudi Silalahi, Gubsu H Syamsul Arifin SE, Bupati se-kawasan Tapanuli, DPD RI, Ketua Otorita Asahan Efendi Sirait, anggota DPRD Tingkat I dan II, puluhan tokoh dan pengusaha nasional dari Jakarta serta ratusan orangtua murid dan tokoh masyarakat Tobasa.

Acara pelantikan itu diawali lagu kebangsaan Indonesia Raya, hening cipta dan doa pembukaan dibacakan Syech Ali Akbar Marbun dilanjutkan dengan pengucapan Janji Prasetya oleh para siswa baru. Selanjutnya, seperti biasa, para siswa menampilkan berbagai kemampuan ekstra dalam bidang seni budaya seperti manortor diiringi gondang Batak Toba yang dimainkan para siswa, tarian nasional, dansa ala Eropa hingga atraksi seni beladiri yang diajarkan untuk menempa mental dan phisik tangguh.

Ratusan undangan terutama para orangtua siswa terlihat terharu melihat penampilan siswa baru yang baru dibina selama seminggu di Asrama Yayasan Soposurung tetapi sudah mampu menari, melakukan atraksi bela diri dengan sangat disiplin dan terorganisir.

Letjend (Purn) TB Silalahi dalam sambutannya khusus kepada orangtua siswa mengatakan, orang tua patut berbangga, kemarin mereka masih SMP dan masih menempel pada ibu bapaknya. Masih seminggu mereka dibina di Asrama sudah mahir baris berbaris, menari dan manortor.

Anggota Penasehat Presiden SBY ini pun mengkilas balik sejarah pendirian SMU Plus yang dikelola Yayasan Soposurung. SMU Negeri Soposurung Balige itu sejak tahun 1957 lalu katanya pernah jadi SMU terbaik di Indonesia. Bahkan SMU tersebut pernah melahirkan delapan lulusan di antaranya TB Silalahi bersama Gustav Panjaitan diterima bersamaan di ITB Bandung. Dalam perkembangannya, prestasi dan nama besar SMA Soposurung itu memudar.

Maka Pak TB dan beberapa kawannya alumni yang kini menempati posisi penting di negara ini maupun pengusaha-pengusaha sukses sepakat ingin mengembalikan kemajuan pendidikan di Balige sehingga dibuatlah SMU Plus dilengkapi asrama yang dikelola Yayasan Soposurung dengan metode membentuk siswa yang pintar tapi tetap berdisiplin dan berkarakter kuat serta berbudi pekerti. "Sudah 16 tahun kita mengeluarkan subsidi Rp 80 juta per bulan untuk membina siswa-siswa di asrama dengan berbagai kegiatan ekstra yang semuanya gratis termasuk menggaji pelatih-pelatih dan guru-guru khusus. Hasilnya, rata-rata 95 persen lulusan SMU Plus tiap angkatan masuk perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa maupun luar negeri dan lulus sarjana dengan nilai terbaik," kisahnya.

Dalam beberapa tahun berjalan, SMU Plus Soposurung itu pun menjadi cikal bakal dibentuknya SMU Taruna Nusantara yang dibiayai Depdagri dan beberapa Propinsi lainnya pun mendirikan SMU Plus yang dibiayai pemerintah. "Propinsi Riau saja belakangan memiliki SMU Plus yang 100 persen dibiayai pemerintahnya tapi SMU Soposurung itu tetap dikelola swasta dan disubsidi sendiri," ujar pak TB.

Belakangan, lanjut pak TB, sejak tahun 2007 Mendiknas menetapkan SMU Plus Soposurung sebagai salah satu SMU berstandar internasional maka biaya semakin bertambah besar. Soalnya, harus didatangkan guru-guru dari Jakarta bersertifikat internasional maupun langsung dari luar negeri yang gajinya jauh lebih besar dibanding guru-guru biasa. Bahkan sejak 2007 SMU Yayasan Soposurung telah membeli buku-buku dari Singapura dan negara-negara lain untuk buku pelajaran maupun untuk pengetahuan tambahan di perpustakaan.

Selain itu untuk Yasop katanya juga telah membangun gedung perpustakaan bernilai Rp 500 juta lengkap dengan buku-buku. "Kita bersyukur karena ada tokoh-tokoh yang meringankan beban Yayasan Soposurung seperti pak Sunggu Anwar Aritonang (mantan Dirut Niaga PT PLN-red) yang membangun perpustakaan dan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea yang melengkapi laboratorium komputer berfasilitas IT atau multimedia," kata Pak TB.


Untuk mengelola SMU Plus berstandar internasional yang biayanya jauh membengkak itu dengan sangat terpaksa kata pak TB, Yayasan Soposurung menetapkan partisipasi orangtua murid membayar Rp 450 ribu untuk membiayai makan siswa selama di asrama dengan perincian Rp 15 ribu per hari dengan kualitas makanan ekstra puding. Tapi partisipasi itu diusahakan tidak memberatkan karena Yayasan juga masih merogoh kocek Rp 40 juta per bulan sebagai subsidi.


Pak TB pun membandingkan dengan SMU unggulan Pelita Harapan di Jakarta yang juga berstandar internasional. Orangtua murid ada yang sampai mengeluarkan bantuan sekolah hingga Rp 150 juta setahun. "Tapi di Soposurung yang sudah berstatus internasional kita tidak tega menetapkan sumbangan mahal. Ada orangtua yang sanggup menyumbang Rp 300 ribu saja pun untuk masuk pertama kita sudah sangat menghargai," katanya.

Sementara itu Gubsu H Syamsul Arifin dalam pidato tanpa teks mengatakan dirinya sangat kagum melihat kemampuan dan disiplin siswa baru SMU Soposurung apalagi baru kali inilah dirinya melihat langsung kemegahan kompleks Asrama Yasop itu.


Dengan gaya khasnya yang lebih banyak guyon, Syamsul Arifin mengaku semakin mengagumi pribadi pak TB yang dikenalnya seorang Jenderal pintar yang dihormati Presiden Suharto, Presiden Habibie maupun presiden lainnya tapi tetap memikirkan pembangunan sumber daya manusia di kampung halamannya bersama teman-temannya seperjuangan. Meski sudah mengerahkan tenaga dan pikiran, tapi pak TB katanya bertahun-tahun rela harus merogoh kocek untuk menyubsidi SMU Plus itu Rp 80 juta per bulan selama ini.


"Saya terharu, ini bukan bercanda. Saya juga heran kenapa pak TB dari dulu sampai sekarang hebat terus. Dalam hati, mudah-mudahan saya bisa jadi reinkarnasi pak TB Silalahi. Kalau di Jakarta, lewat di depannya saja orang nggak berani, soalnya jenderal bintang tiga. Tapi di Balige dia mau ikut mengatur dan melayani siswa sampai hal-hal kecil. Tipe pemimpin itu mau turun lapangan memimpin anggotanya makanya saya hormat kepada tulang saya ini," katanya.


Tapi Syamsul Arifin dengan sedikit humor mengatakan, dia juga iri sekaligus marah kepada pak TB karena sor sendiri. Soalnya dari siswa baru yang dibacakan namanya semuanya bermarga seperti Sihombing, Silaban, Pasaribu dan beberapa orang Nias. Dia tidak mendengar ada nama seperti Sujono, Syamsul seperti orang-orang Jawa atau Melayu. "Kalau orang Batak bikin orang Batak pintar itu sudah biasa, tapi kalau orang Batak bikin orang Melayu atau orang Jawa pintar itu baru hebat," katanya disambut tawa dan tepuk tangan para hadirin dan pak TB sendiri.


Untuk itu Syamsul berharap tahun depan Yayasan Soposurung menambah lagi 40 orang siswa yang dibina dengan catatan ada beberapa dari suku Melayu dan suku Jawa supaya ikut pintar seperti orang Batak. "Tapi saya mewakili 12 juta masyarakat Sumut menaruh hormat dan berdoa agar pak TB sehat. Pempropsu akan berupaya memberikan bantuan melalui anggaran pendidikan," katanya.

Pelantikan itu dihadiri anggota DPRD Sumut Ir GM Chandra Panggabean dan ibu Linda, anggota DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba SH, Bupati Tobasa St Drs Monang Sitorus MBA, Bupati Humbahas Drs Maddin Sihombing, Bupati Taput Torang Lumbantobing, Bupati Dairi DR Master Tumanggor dan para pejabat Pempropsu di antaranya Kadis Pertambangan Sumut Ir Washington Tambunan, Kadis Koperasi & UKM Ir Jonni Pasaribu, Kadis Kesehatan Sumut dr Chandra Syafei, Kadis Nakertrans Rapotan Tambunan dan para pejabat dari Kabupaten dataran tinggi.


Pelantikan siswa dilakukan TB Silalahi serta ibu dan Gustav Panjaitan dengan penyematan pin, memasang topi dan rompi siswa. Acara kemudian ditutup dengan doa yang dibacakan Pastor Purba. (M-17/T-19/g)

dari : http://hariansib.com